Kamis, 07 Desember 2006

10 kiat aman berselingkuh

walaupun selingkuh adalah perbuatan "nikmat membawa sengsara", namun masih banyak saja yang masih mencoba, bahkan sekarang lagi marak, karena itu dipandang perlu adanya kiat berselingkuh aman untuk dipedomani bagi yang doyan maupun bagi newbie yang ingin memulainya....

disclaimer:

bagi yang punya handicap, baik secara moral (malu, takut dosa), mental (cinta bini, takut isteri), material (modal cekak) atau peripheral ( "gak mampu" atau "dingin bagai gedebog pisang"), jangan coba meniru di manapun dan dalam kondisi apapun, apabila anda belum cukup dewasa harus didampingi orang tua untuk membaca pesan ini. …
berikut 10 kiat selingkuh secara aman tersebut:

  1. Jangan selingkuh lebih 2x dengan orang yang sama, karena anda akan terlibat secara emosional.. Kalau anda udah terbawa perasaan, berarti cinta mulai melekat, kalau cinta melekat, tahi kucing serasa coklat, sama anak bini di rumah udah nggak ingat, anda bisa kualat, mendapat laknat, ditinggal bini minggat....
  2. Carilah partner selingkuh yang setara baik secara ekonomi maupun sosial. Kalau partner ekonomi lemah, anda akan diporotin habis-habisan. Sedangkan kalau partner lebih kaya atau lebih terkenal, anda juga mudah terkena fitnah, bahwa anda berniat menjebak, memeras atau cari popularitas.
  3. Bila partner selingkuh sudah menunjukkan gejala jatuh cinta, jangan ditunda-tunda, segeralah ambil langkah seribu. Kalau terlambat, ia akan berubah menjadi "ingus". (kalau udah nempel, dikibas-kibas kaya apapun kagak mau lepas...keciaaann deh loeee)..
  4. Jangan obral harapan dan janji gombal-gombalan, misaknya ngajak nikah (sanggup dinikahi), mau bulan madu keliling dunia, mau belikan sepatu dari kulit rusa, mau ceraikan isteri/suami sekarang, dll. Pokoknya ingat janji itu hutang, anda akan akan dikejar sampai ke liang kubur sekalipun (kaya lagu pop "ja-dul" ajah...)...
  5. Bikin perjanjian di depan, semacam pre-nuptial agreement minimal dibuat di atas kertas segel bermeterai, yang menegaskan bahwa hubungan berdua hanya sebatas ini, tak lebih dan tak kurang dari begini, hak apa yang diperoleh dan kewajiban apa yang harus ditunaikan, apa yang boleh dilakukan apa yang dilarang untuk dilakukan termasuk bagaimana cara penyelesaian dispute. Emang ribet sih,,, tapi itu kan demi kenyamanan anda juga….
  6. Hal terpenting dalam dunia perselingkuhan, jangan sampai Anda jatuh cinta. Kalau Anda type yang suka jatuh cinta pada partner selingkuh, lebih baik Anda pioligami atau cerai dengan pasangan sekarang dan kawin dengan selingkuhan anda.
  7. Jangan sekali-kali berpikir ekonomis, itung-itungan untung rugi dan selalu menekan biaya "per unit cost" dalam berselingkuh. Kalau Anda type pelit dan perhitungan lebih baik tidak usah coba-coba selingkuh, kecuali kalau Anda emang di pihak yang "diongkosi" oleh partner selingkuhan.….
  8. Jangan lakukan di malam hari atau hari libur karena mudah menimbulkan kecurigaan bini di rumah, lebih baik mbolos kerja, bobok-bobok siang di waktu lunch, atau sekalian anda atur dinas ke luar kota dan janjian bertemu di sana, karena lebih sulit dilacak dan lebih mudah dan banyak waktu untuk menghilangkan jejak.
  9. Jangan sekali-kali bawa handphone, kamera, atau alat perekam lainnya. Quick dialing pada HP, bisa membuat siaran langsung tanpa anda sadari. Sedangkan rekaman foto atau video perselingkuhan akan diburu orang dan wartawan. Kalau anda/pasangan selingkuh adalah selebiritis, anda akan tayang di Cek & Ricek, Go Spot, Silet, dll, sedangkan orang biasa, tayang di Patroli, Jejak Kasus, Sergap, Fakta, dll .
  10. Jangan lupa pakai "protection".. berselingkuhlan dengan cara yang aman.. Ingat perselingkuhan hanya sementara, kalau ada masalah anda tetap harus kembali ke benteng pertahanan. Baik-baik dengan orang rumah agar benteng pertahanan selalu terbuka, kapanpun dan dalam bentuk apapun diri anda...

Cetak dan simpan email ini siapa tahu anda memerlukannya nanti, atau mungkin malah saat ini.... selamat mencoba tapi ingat: penulis, pengedit dan pemforward tidak bertanggung jawab atas segala akibat buruh yang timbul dari nasehat di atas, tetapi kalau ada akibat yang nikmat dan menyenangkan boleh bagi-bagi dooong..

Minggu, 19 November 2006

antara ketertindasan dan kekerasan

Bang Rawi, tinggal di rumah petak, di ujung gang sempit yang padat, dekat pemakaman umum, bahkan dinding rumah beliau berebut lahan dengan deretan nisan. Beliau tidak punya pekerjaan formal kecuali hanya sebagai “pria panggilan”. Jangan mikir macam-macam… maksudnya sering dipanggil apabila ada yang akan mengganti genteng atau menambal keramik, memperbaiki talang bocor, melapis ulang cat tembok, membobol got mampet, mengganti kran bocor, dan pekerjaan yang berkaitan dengan perawatan rumah lainnya.
Bang Rawi adalah orang Betawi, tetapi menurut saya --yang paham betul kehidupannya--, bukan karena ke-Betawi-annya lalu bang Rawi hanya pantas berprofesi tidak jelas seperti itu, bukan karena etnisnya pula ia tidak bisa tinggal di pemukiman mewah. Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa antara beliau orang Betawi dengan profesi dan tempat tinggal beliau yang kurang bergengsi itu tidak ada hubungannya sama sekali.
Kalau bang Rawi dianggap representasi komunitas Betawi, nyatanya enggak semua orang Betawi tertindas dan terpinggirkan. Bukankah kita juga tahu kalau Pak Rohali Direktur PGN itu orang Betawi, anaknya Yuanita adalah Direktur Keuangan PT Bakrie & Brothers Tbk, anak yang lain yakni Alya adalah artis dan presenter papan atas yang sering tampil di acara televisi? Bahkan Mandra, Omas,. Bolot, Malih, dll walapun sering jadi bahan olok-olok, dalam kehidupan keseharian tidaklah sejelek perannya di panggung. Secara kebetulan saya juga mengenal pak Kholil Hasan, MBA Direktur Keuangan PT Semen Gresik dan juga Pak Yuslam Fauzi MBA Direktur Utama Bank Syariah Mandiri, beliau juga orang Betawi, sulit untuk mengatakan bahwa beliau-beliau termasuk orang tertindas dan terpinggirkan.
Kalau tolok ukur tertindas dan terpinggirkan adalah karena tidak pernah ada orang Betawi yang jadi Gubernur DKI, apakah berarti para Gubernur DKI Jakarta itu kaum penindas? Apakah Suryadi Sudirja dan Ali Sadikin yang orang Sunda itu penindas? Apakah Wiyogo Atmodarminto, Tjokropanolo, Suprapto dan Sutiyoso yang wong Jawa itu juga penindas?. Kalau begitu kenapa juga putra Betawi balok DKI 1 kok juga pakai nama Jawa (Fauzi Bowo) he,he,he....
Sebenernya dominasi Jawa di DKI juga masih wajar mengingat menurut statistik jumlah orang dengan etnis Betawi juga kalah dengan etnis Jawa yang menduduki peringkat teratas di DKI.
Mungkin masih ada pertanyaan lanjutannya, kenapa etnis asli di Jakarta malah hanya posisi kedua? Bukankah ini membenarkan pernyataan bahwa mereka tertindas dan terpinggirkan, nyatanya keberadaan mereka kini lebih banyak di pinggiran ketimbang di daerah pusat kota? Memang itu adalah fakta, tetapi eksistensi orang Betawi sendiri secara anthopologis juga belum jelas benar. Sejarah Jawa atau Sunda itu sudah ada sejak jaman Mataram Kuno, Singasari, Majapahit atau Pajajaran, sementara sejarah Betawi relatif baru. Konon di jaman kolonial etnis Betawi itu baru dikenal sekitar abad ke 18-19, sehingga ada dugaan Betawi itu campuran dari berbagai etnis yang mendiami Jakarta jaman kolonial, karena dalam kebudayaannya tercampur warna cina, warna arab, warna eropa juga ada sedikit Jawa, Sunda dan budaya nusantara lain.
Kalaupun memang benar bahwa etnis betawi itu tertindas dan terpinggirkan, siapakah sebenarnya yang menindas dan siapa pula yang meminggirkan orang Betawi? Kalau yang meminggirkan adalah pendatang? Bukankah sebagian besar pendatang entah dari Jawa, Sunda atau daerah lain adalah juga orang yang terpaksa harus mencari keberuntungan dan tidak cukup punya kekuatan maupun nyali untuk menindas atau meminggirkan orang lain. Lha kalau begitu siapa sih yang menindas dan meminggirkan orang Betawi? Itu sebuah pertanyaan yang terus menghantuiku hingga saat ini…
Premanisme jelas ditolak oleh siapapun juga, lalu bagaimana caranya membela masyarakat terpinggirkan dan tertindas itu? Apakah seperti kita membela Palestina yakni membantu perjuangannya melawan aggressor Israel? Selaginya membantu Palestina yang penindasnya sangat jelas saja sulit dilakukan, apalagi membela pihak yang nggak penindasnya nggak jelas. Kalau begitu, bagaimana caranya membela orang Betawi yang tertindas dan terpinggirkan itu?
Siapapun termasuk orang Betawi pasti ingin mengubah nasib. Bang Rawi yang dulu hanya “pria panggilan”, telah belajar mengaji, untuk mobilitasnya kini tidak lagi tergantung kepada sebuah sepeda tua, tetapi kini lebih sering tergantung Yamaha bebek yang dicicilnya. bahkan kini beliau telah berani menjadi imam di langgar dekat rumahnya, sesekali menjadi khatib dan kini bang Rawi adalah guru ngaji bagi anak saya. Itulah bang Rawi yang telah mampu membela dirinya sendiri dengan memberdayakan potensi yang dimilikinya…

Kamis, 16 November 2006

nomor dua! apakah pecundang?

manusia tercipta untuk siap bersaing, sebab mulai dari proses awal terjadinya saja sudah melalui persiangan sengit antara hidup dan mati. pada peristiwa pembuahan, ribuan sel sperma yang dipancarkan bapak harus saling berlomba mendekati ovum di rahim ibu, dari ribuan sel yang berjuang tersebut hanya ada satu yang akan mampu bersatu dengan sel telur dan membentuk zygote dan akhirnya berkembang menjadi janin dan terlahir sebagai manusia. sedangkan yang lainnya tidak ada artinya apa-apa. dalam permainan olahraga atau persaingan lainnya, sering yang dianggap berguna adalah yang nomor satu, sementara yang lain adalah pecundang yang tidak pernah diperhitungkan.
sungguh malang nasib pecundang, siap untuk dihujat, rela dicaci maki. berapapun usaha dan apapun pengorbanan yang telah dikeluarkan dalam mengikuti persaingan tidak pernah mendapat pengakuan atau penghargaan.
namun, dalam sejarah perjuangan bangsa mencatat beberapa tokoh yang sebenarnya mengalami nasib kurang baik dalam akhir perjalanan perjuangannya, misalnya harus mati terbunuh secara heroik dalam suatu pertempuran, atau bahkan terpedaya, ditangkap dan akhirnya diasingkan ke suatu pulau yang terpencil. meskipun demikian perjuangan mereka itu tidaklah sia-sia, kita semua masih menghargainya dan kita masih memberi gelar mereka pahlawan walaupun tidak memperoleh apa yag dicita-citakan. seperti konsep mati syahid dalam ajaran agama, dimana para syuhada itu tidak selalu mereka yang bisa memenangkan pertempuran dengan gemilang, bisa saja mereka adalah yang mati ditengah-tengah perjuangan. jadi ternyata effort juga bisa mendapat penghargaan meskipun gagal untuk mendapatkan afford. jadi penghargaan sebagai pahlawan bukan hanya karena telah berhasil dengan gemilang mengusir musuh namun termasuk mereka yang telah berusaha keras berjuang meskipun tidak menuai keberhasilan.
kemenangan adalah motivasi dari suatu perjuangan. tanpa keyakinan akan bisa menang tidak mungkin perjuangan dilakukan. namun kemenangan bukan suatu keharusan. hidup ini tidak akan menjadi sia-sia apabila gagaluntuk menggapai seluruh cita-cita. jadi jangan takut untuk punya cita-cita dan yang lebih penting jangan takut untuk memperjuangkannya meskipun belum tentu akan tercapai.
Gambar:
Bakso Kadipolo di depan RS PKU Muhammadiyah Solo, menyatakan dirinya nomor 2 sedunia. Ia rela menjadi nomer dua, karena di posisi ini iapun bisa eksis.

Jumat, 13 Oktober 2006

Neraka ditutup, setan diborgol

Gus Muhtar ada keperluan ke Indramayu di bulan puasa ini. Sampai di daerah Patrol (deket api pengeboran minyak) itu sudah maghrib, setelah sholat di suatu masjid ia mampir ke sebuah warung di pinggir jalan.
Karena kurang info (habis gak nanya kangucup sih.. he,he,he, beliau tersesat ke warung remang-remang. Belaiu harus berhadapan dengan perempuan yang memberi "isyarat ngajak ke neraka". Masih cantik walaupun sudah tergolong kemampo untuk profesi seperti itu (paling tigapuluhan lebih dikit). Seperti biasanya, yang sudah tinggi jam terbangnya seperti Nokia seri 6010 gitu cara pendekatannya pasti lebih taktis, telaten dan sabar dibanding yang masih "bau kencur" alias seri N93.
Sebenernya beliau merasa risih, tapi dipikir kok tanggung, kalau cari warung lain belum tentu ada di sekitar situ, lagian ia hanya mau pesen semangkuk mie instant dengan sebotol teh gendul untuk mebatalkan puasa saja. Tetapi beliau kepingin tidak digoda lagi oleh perempuan itu. Maka beliau mempertegas "identitas dirinya", ketika akan makan diucapkannya keras-keras "Bismillahirraahmaanirrahiiim"
Eeee, si Ceuceu (=mbak) nggak sungkan malah ketawa sambil mendekati beliau, "Akang,... mangga kalau mau istirahat sebentar ngilangin yang pegel-pegel?"
Gus Muhtar agak kaget, rupanya setan sekarang beda sama setan dulu. Dulu sama tulisan "Umar Al Faruk" di pintu ajah udah takut, rupanya setelah Umar Faruk mati di penjara, nggak ada yang ditakutin oleh setan. Mungkin saja ini setan juga telah meningkatkan ilmunya, karena katanya semakin alim orang yang digoda, setan penggodanya juga harus semakin intelek..
"Ceu, ini bulan puasa lho, jangan ngajak saya ke neraka"
"Siapa yang ngajak ke neraka kang kan puasa ini pintu neraka ditutup, berarti yang masih bukak ya pintu surga doong".
"Ceu itu kan pintu surganya setan... pintu nerakanya Tuhan atuh!"
"Aih si akang, hari puasa gini ngomongin setan, kan setan lagi diborgol atuh kang"
"Setannya sih diborgol Ceu tapi sales eksekutifnya kan masih keliaran dimana-mana, lagian malaikat penjaga neraka juga belon ngajuin cuti tuh".
"Terus gimana ini kang kagak jadi doong???"
"Saya mau sholat dulu!"
"Ya sudah.. mangga kang kalau mau sholat dulu. nanti kalau udah selesai balik lagi ke sini ya kang!"
"Oke! Saya segera balik apabila mampu menghindar dari pengawasan Allah, bisa memperoleh tempat yang bukan ciptaan Allah dan tidak lagi tergantung dari rejeki pemberian Allah".
Gus Mukhtar ngeloyor pergi.
Untung Gus Muhtar masih mampu memborgol "setan kecil"-nya.

Senin, 09 Oktober 2006

Puasa: "Pengendalian Diri"

Di pengajian, banyak ustad yang mengutip Hadist Qudsi “Puasa itu untuk-Ku. Aku yang akan memberikan penilaian dan membalasnya". Kurang lebih maksud hadis tersebut, ibadah apa saja itu diperuntukkan kepada manusa yang menjalankannya, tetapi untuk puasa dikhususkan untuk Allah. Lalu apa sih istimewanya puasa itu kok ditentukan sedemikian khusus?
Sering juga denger ustad membahas istimewanya puasa, tetapi belum pernah ada penjelasan logis yang bisa memuaskan rasa penasaran saya. Di beberapa buku yang membahas puasa-pun belum pernah saya temukan keistimewaan puasa kecuali yang merujuk kepada Hadis Qudsi tersebut.
Dengan tidak njampangi kehandah Guati Allah, di sini mencoba ngajak “ijtihad” kecil-kecilan mencari istimewanya ibadah puasa. Dimulai dengan "kuwamani" melokalisir atau menyederhanakan permasalahan. Dengan tidak mengurangi apresiasi dan perhatian juga kepada yang lain, seluruh ibadah disederhanakan hanya yang tercakup dalam lima Rukun Islam. Maka permasalahan bisa langsung disederhanakan “Apa sih perbedaan antara Syahadat, Sholat, Zakat dan Haji dibandingkan dengan Puasa?”.
Sekarang dilihat satu persatu, dalam syahadat, kita diperintah untuk mengucapkan suatu pengakuan yang diendorse (dibenarkan) oleh hati, untuk sholat kita diperintah untuk melakukan gerakan dan ucapan tertentu, dalam zakat kita diperintah untuk mengeluarkan sebagian harta, dalam haji kita diperintah untuk pergi ke tanah suci untuk melakukan ritual tertentu. Lha kalau puasa kita diperintah app? Rasanya tidak ada perintah untuk melakukan atau mengucapkan perkataan tertentu, justru kita hanya “dilarang untuk melakukan sesuatu”.
Nah… itulah barangkali perbedaan "mendasar" antara puasa dibandingkan ibadah yang lain. Ibadah lain itu intinya adalah “aktivitas” khusus puasa intinya adalah “pengendalian diri”. Lalu kenapa sih “pengendalian diri” itu istimewajadi ?
Lha iya… memang mudah dibuktikan, apapapun kerusakan di alam dunia ini, baik itu tatanan masyarakat maupun lingkungan alam, sebagian besar akibat "manusia tidak bisa mengendalikan dirinya". Begini… contonya maksiyat itu bisa terjadi karena manusia “kebelet” atau “tidak bisa menahan diri” untuk tidak menikmati “kenikmatan” yang bukan atau yang belum menjadi haknya yang syah. Korupsi itu terjadi karena orang yang diberi amanah “tidak bisa menahan diri” untuk tidak menyalah gunakan harta atau fasilitas yang dipercayakan kepadanya. Maling, copet, jambret, itu terjadi karena ada yang tidak bisa menahan diri untuk tidak mengambil harta orang yang lengah. Rampok dan garong itu terjadi karena ada yang “tidak bisa menahan diri” untuk merampas harta orang yang tidak kuasa melawan. Kerusakan hutan, banjir, kebakaran hutan itu terjadi karena ada manusia serakah atau tidak bisa mengendalikan diri untuk tidak membabat hutan seenaknya sendiri. Tawuran, penjarahan, bentrokan fisik, perang, teror itu terjadi karena ada orang atau sekelompok yang tidak bisa menahan diri untuk tidak memprovokasi atau menyerang orang lain.
Andai puasa diibaratkan sebuah training atau diklat ---dengan mengingat inti puasa adalah pengendalian diri--- maka para alumni yang baik adalah mereka yang telah dinyatakan lulus dalam "ujian pendendalian diri" dengan predikat apapun.
Nah... logikanya semakin banyak alumni puasa di masyarakat (karena puasa itu kan ada setiap tahun) maka seharusnya maksiyat, korupsi, rampok, garong, maling, copet, kerusakan alam, tawuran, teror, atau kerusakan lainnya di muka bumi ini akan semakin berkurang.
Kalau ternyata alumnus puasa semakin bertambah, tapi kok di masyarakat masih banyak maksiat, korupsi, rampok, garong, maling, copet, tawuran, teror, bentrokan, kerusakan alam, dll.. Berarti pantas kita mempertanyakan puasa macam apakah yang telah kita lakukan?. Jawabnya terserah anda...,.

Sabtu, 16 September 2006

tecenung di halaman masjid agung nyalindung

maghrib tiba, dari majalengka menuju bandung kami memasuki tanjakan nyalindung.. ketika gerobak ini sedikit terengah membawa beban meniti tanjakan, terlihat jelas sebuah mesjid megah berwarna hijau yang sangat eye-catching bagi siapa saja yang ada di tanjakan ini.. kami masuk halaman sebuah mesjid artistik dengan penataan landskape yang baik. masjid yang juga cukup terawat, termasuk bagian yang sering terabaikan pada umumnya masjid yaitu toilet serta tempat wudhu, maka hampir dipastikan mesjid ini pastilah diurus oleh orang-orang yang cukup profesional.... tidak seperti umumnya masjid meskipun magrong-magrong, tetapi estetika dan penataannya kurang baik, toilet dan tempat wudhunya-pun bertolak belakang dengan penggalan hadist yang tergantung jelas di situ "kebersihan adalah sebagian dari iman".
tidak ada informasi yang tertulis mengenai pengurus masjid ini beraffiliasi ke organisasi islam mana, bahkan juga tidak ada informasi nama perorangan atau organisasi tertentu yang menjadi sponsor pembangunannya, tetapi dari info hansip.. masjid agung nyalindung ini milik pemda sumedang dan diresmikan bersamaan dengan sebuah islamic centre yang dibangun di daerah "remang" di salah satu bagian kota bandung…. oooo begituuu..
memang sih...bagi kami yang hanya ingin mendapatkan tempat untuk menghadap Allah, semua masjid adalah rumah Allah, maka tidak penting sebuah mesjid itu dibangun dalam rangka apa maupun siapa orang atau organisasi yang ada di balik berdirinya...
di sepanjang jalan raya di jawa tidak sulit mencari sebuah masjid, langgar, surau, musholla dan sejenisnya...banyak juga mesjid yang megah. tetapi kadang sangat kontras dengan dengan lambang kemiskinan di sekitarnya. Memang bukan hal yang aneh kalau ada sebuah masjid megah tengah pemukiman kumuh... mungkin saja karena masjid adalah "rumah Allah" lalu ummat di sekitar masjid berprinsip, jangan sampai sebuah masjid kalah megah dengan rumah tinggal jamaah. entahlah… apa karena prinsip itu lalu banyak orang berpayah-payah bahkan "memaksa" dalam membangun masjid, bahkan tidak jarang dengan cara yang "tidak pantas" pula, misalnya merasa tidak perlu tahu urusan dan kesulitan orang lain, seenaknya saja memberhentikan orang yang sedang bergegas di jalan, padahal siapa tahu di antara mereka ada yang mempunyai urusan penting, bahkan bisa jadi ada yang sedang emergency menyelamatkan jiwa seseorang atau urusan lain yang juga bermanfaat bagi kemaslahatan ummat. selain daripada itu, salah satu syarat beramal adalah ikhlas, tetapi kita sering "terpaksa" beramal karena hanya "tidak mau repot". memang membangun "rumah Allah" itu amal jariyah yang besar dan terus mengalir pahalanya, tetapi rasanya memakmurkan sebuah masjid juga penting. membangun fisik masjid megah itu penting, tetapi memfungsikan masjid secara maksimal, baik ketika bulan puasa ataupun bulan lainnya itu juga penting...
bagaimanapun cara membangunnya, sebuah masjid yang bersih dan nyaman di pinggir jalan, jelas sangat berguna bagi pengguna jalan yang ingin mampir dan menjalankan ibadah. Seperti masjid agung tanjakan nyalindung ini bisa menjadi tempat nyaman untuk melepaskan beban kelelahan, membersihan diri, cuci muka atau anggota badan, bahkan membuang tumpukan najis, yang ada di dalam tubuh. tentu saja fungsi utama masjid yakni sebagai tempat untuk melepas "penat" dan "najis" yang menumpuk dalam hati dan kalbu, kemudian me-refresh dan recharge kembali melalui doa, istighfar dan audiensi langsung dengan allah ta'ala melalui ritual sholat dan doa...
selepas maghrib di halaman mesjid agung nyalindung yang megah, seorang nenek delapan puluh tahunan, berjalan bongkok tertatih-tatih, badan ringkih, menggendong sebuah baskom berisi makanan kecil mulai bakwan, rangginang, tempe goreng, tahu, juga beberapa butir jeruk dan apel "apkiran" nenek itu berjalan menghampiriku yang sedang menyeruput secangkir capuccino panas dari saset. Sejenak terpaku... betapa ada orang setua dan selemah itu, di malam yang dingin begini harus mencari makan dengan menjajakan kue. dengan bahasa sunda sepotong-potong, kutanya dia (dibantu interpreter tentunya). sedikit demi sedikit terkuak jatidiri si nenek.. "si-aki" suaminya sudah lama sakit-sakitan dan jompo alias hanya bisa tergolek lemas di tempat tidur, anaknya sudah berkeluarga tapi juga dibalut kemiskinan ia hanya seorang buruh tani, dua cucunya tinggal bersama di rumah si nenek. cucu nenek tertua baru kelas dua smp. sang cucu itulah yang menuntun sang nenek dari rumah ke halaman masjid, mustahil si nenek jalan sendiri ke sini, karena harus menyeberang jalan raya cirebon-bandung yang sangat padat, di samping lokasi rumahnya agak ke bawah, sehingga harus mendaki tanjakan terjal... maka untuk pulangpun ia hanya menunggu sang cucu menjemputnya...
cerita selanjutnya dari si nenek... makanan itu dibeli oleh cucunya di pasar sepulang dari sekolah, buah apel atau jeruk dibelinya lima ribu sekilo, kemudian sampai di rumah diplastiki. ilu dijajakan di depan masjid ini. Dari berjualan di halaman mesjid itu, rata-rata hanya memperoleh limaribu sampai dua puluh ribuan sehari, tetapi tidak jarang juga tidak memperoleh apa-apa alias kehilangan total uang yang telah dibelanjakannya,yaa.. Allah terharu mendengar cerita si nenek. betapa kami ini lebih beruntung, tetapi hampir tidak pernah mensyukurinya... maka ada rasa bersalah dan ingin sekali membantu si nenek, tetapi apa daya... banyak hambatan yang saya hadapi.
lembar kertas tak seberapa nilai diselipkan di tangan si nenek.. kulihat raut mukanya terkejut, kemudian nampak mata yang dikelilingi kulit keriput itu berkaca-kaca, dari biirnya mengucapkan kata-kata dengan nada tertahan karena seperti ada yang menyumbat kerongkongannya... "hatur nuhun, mugi anda dapat keberkahan" itu ucapannya ketika kami minta pamit untuk meneruskan perjalanan.. dari raut wajah dan ucapannya itu kami bisa merasakan, meskipun nilainya tidak seberapa dan mungkin juga tidak bisa menutupi kebutuhan keluarga si nenek meskipun hanya untuk sehari itu, tetapi dari raut muka bisa terbaca bahwa ia sangat berterima kasih dengan tulus.
kami tercenung... bagaimana cara sang nenek itu untuk menapaki hari-hari selanjutnya... semoga saja kejadian itu bukan sebuah pertanda bahwa masjid megah maupun jemaahnya terlalu angkuh untuk sekedar peduli terhadap kehidupan seorang nenek renta yang tiap hari harus mengais rejeki di halamannya... kami percaya kemurahan Ilahi, jadi mungkin hari-hari selanjutnya, si nenek akan terus berjualan di halaman masjid agung nyalindung, sampai badan rentanya tidak kuasa lagi menggendong baskom, sampai kaki lemahnya tidak kuat lagi berjalan mendaki dan menyeberang jalan raya nyalindung, sampai dia jompo seperti si aki, sampai ia harus dipanggil oleh sang khalik, atau mungkin sampai ada yang peduli sehingga si nenek renta tidak lagi harus melakukan pekerjaan yang tidak layak dilakukan oleh orang setua dia???....
wallahu a'lam

Kamis, 07 September 2006

Jawa yang Islam dan Islam yang Jawa

Ini tidak ada maksud SARA, karena daku merasa tidak ada salahnya seseorang bicara tentang jati dirinya. Daku menjadi orang Jawa itu adalah takdir, karena tidak pernah ada kesempatan bagiku untuk memilih. Aku tidak pernah meminta juga tidak bisa menolak untuk dilahirkan dari rahim orang Jawa, punya bapak orang Jawa atau setidak-tidaknya ada darah Jawa yang mengalir di urat nadi atau ada DNA ciri Jawa di tubuh ini. Kebetulan orang tuaku membesarkanku dalam lingkungan Jawa, sehingga semakin mantaplah ke-Jawa-anku. Dengan demikian, Jawa adalah build-up dalam kehidupanku. Kapanpun dan dalam situasi apapun, seseorang yang ditakdirkan sebagai Jawa tidak akan pernah bisa mengelak atau mengingkari takdir misalnya dengan sengaja menutup-nutupi ke-Jawa-annya.
Memang berbeda dengan Jawa yang sudah “taken for granted”, Islam adalah sebuah keyakinan. Jujur saja memang pada awalnya Islam itu dicekok-kan oleh orang tua yang kemudian diperkuat oleh lingkungan maupun pendidikan, tetapi secara sadar melalui pergumulan batin, diri ini pernah menimbang-nimbang juga untung ruginya memilih Islam. Dari pergumulan yang cukup itu seru memang pada akhirnya, justru semakin memantapkan pilihan, karena terbukti keyakinan itu mampu menjawab kebutuhanku selama ini, mampu sebagai sarana untuk menyalurkan hasrat kerohanianku, bahkan juga mampu melepaskan kegundahan hatiku, di samping tentu saja ada alasan-alasan pribadi yang barangkali tidak mudah dipahami atau dimengerti orang lain.
Setelah melalui proses, dari lubuk hatiku juga haqqul yakin, Islam itu universal, artinya agama bagi seluruh umat manusia, tidak pandang bangsa, ras atau suku, tidak melihat warna kulit, kelopak mata, postur tubuh atau warna rambut. Oleh karena itu diriku yakin sekali bahwa Islam itu pasti cocok juga bagi orang Jawa sepertiku. Karena itu, ketika orang Jawa sepertiku ini memilih Islam maka tidak perlu harus kehilangan ke-Jawa-annya. Islam bukan hanya agama orang Arab, maka untuk menjadi Islam yang baik, tidak perlu harus mengubah diri menjadi Arab. Toh Islam tidak selalu Arab dan Arab tidak selalu Islam.
Jawa adalah jati diriku, karakter yang melekat padaku. Oleh karena itu apapun yang terjadi tidak pernah mengingkari jati diriku sebagai orang Jawa, tidak pernah ada punya niat menghapus atau menutup-nutupi ke-Jawa-an diriku. Nilai luhur seperti menghormati orang lain, tenggang rasa, komitment atau memegang janji itu bukan monopoli orang Jawa saja tetapi juga milik semua bangsa beradab di muka bumi ini. Walaupun dalam penerapan nilai-nilai universal tersebut masing-masing bangsa memiliki kekhasannya masing-masing. Sopan santun orang Jawa akan berbeda dengan sopan santun orang Jepang misalnya. Meskipun berbeda, semua bangsa yang beradab akan saling menghargai satu sama lain, suatu bangsa beradab akan menghargai kekhasan budaya bangsa lain. Orang Barat meskipun tidak terbiasa membungkukkan badan, akan merasa respek kepada orang Jepang yang selalu membungkukkan badan di kala bertemu dengan orang lain.
Daku adalah orang Jawa yang memilih Islam. Apakah karena aku ini Jawa, maka tidak bisa menjadi orang Islam yang kaffah atau yang sebenarnya? Menurutku bisa, karena seperti yang dikemukakan di muka bahwa Islam universal dan nilai-nilai Jawa juga mengadung unsur universalitas, apalagi... Jawa itu cinta harmoni, yakni selalu menjaga kondisi selaras serasi dan seimbang, sehingga budaya Jawa itu terbuka atau mudah beradaptasi. Maka bukanlah sesuatu hal yang mustahil terjadi bahwa seseorang menjadi orang Islam yang sebenarnya sekaligus adalah orang Jawa sesungguhnya. Jadi orang Jawa bisa sekali menjadi Islam yang baik tanpa harus kehilangan ke-Jawa-annya, orang Islam bisa tetap menjadi Jawa tanpa mengorbankan ke-Islamannya. Itulah yang disebut orang Jawa yang Islam sekaligus orang Islam yang Jawa....
Bagaimana menurut anda?

Jumat, 18 Agustus 2006

Doaku karena ada yang kumau...

Aku berdoa karena ada yang kumau. Karena ingin sesuatu, maka aku sudi menengadahkan tangan berdoa kehadiratMu. Oh Tuhanku... maafkan atas kemalasanku karena enggan berdoa manakala aku tidak merasa perlu untuk mendekat kepadaMu.
Kini.... aku sedang berdoa kepadamu. Berarti aku mengakuai eksistensiMu sebagai Tuhanku. Aku juga mengakui otoritasMu untuk menolak atau menerima doaku ini. Maafkanlah kepura-puraanku seakan merendahkan diri, sadar kekurangan atau kelemahanku dihadapanMu. Maafkan pula kelancanganku, karena terlalu banyak yang kumau, sementara tidak pernah ada sesuatu yang kuperlihatkan untuk membuktikan kecintaanku kepada Engkau.
Memang kami tahu, bahwa banyak mau adalah biang dari keserakahan. Tetapi Engkau telah meminta kami untuk banyak berdoa kepadaMu. Engkau juga tidak pernah membatasi jenis permintaan yang dapat kami diajukan kecuali jelas berkibat buruk. Karena itu, maafkan apabila kami menjadi seseorang yang banyak mau, cerewet terlalu banyak minta ini-itu. Juga maafkan kami, apabila doa kami ternoda oleh noktah keserakahan di sana sini.
Berilah kekuatan kepada kami untuk menghindar dari doa yang penuh pamrih pribadi, dimana kalau hasilnya tidak sesuai keinginan kami, justru akan menimbulkan patah semangat, patah arang, prasangka buruk, hujatan atau bahkan berpaling dariMu. Engkau memang Maha Pemurah, meskipun memiliki otoritas penuh, namun Engkau masih berjanji akan mengabulkan seluruh permohonan kami. Subhanallah.... Jauhkankanlah kami dari prasangka buruk kepadaMu, seandainya pun pernah kami lakukan maka ampunilah kami.
Berilah kekuatan kepada kami untuk berdoa dengan ikhlas, berdasar iman, tujuannya semata-mata dalam rangka menghamba kepadaMu. Tanamkanlah sikap pasrah, tawadhu’ atau rendah hati dalam kalbu kami. Bangkitkanlah motivasi azasi dalam diri kami. Jauhkanlah kami dari takabur atas pretasi yang telah kami raih, karena semua itu adalah pemberian Mu. Terhadap sesuatu yang telah kami usahakan namun ternyata hasilnya mengecewakan kami atau tidak memperoleh pengakuan atau penghargaan orang lain mohon agar itu tidak menjadikan kami putus asa karena Engkaulan sumber motivasi azasi kami.
Engkau adalah yang paling tahu kebutuhan kami, kabulkanlah doa yang akan membuat kami lebih baik. Engkau lebih tahu porsi atau ukuran kami dibanding kami sendiri, Engkau juga tahu persis apakah terpenuhinya sebuah keinginan itu berakibat baik atau justru merugikan bagi kami, Engkau juga tahu persis kapan sebuah keinginan itu layak untuk dipenuhi, apakah saat ini atau lebih baik ditunda sampai nanti. Berilah kesabaran di hati kami dalam menerima ketentuan dan kuasaMu yang tidak sesuai dengan keinginan kami…
Ya Allah jadikanlah kami menjadi menjadi orang-orang tawadhu’ atau rendah hati, bebaskan kami dari sifat sombong dan ingin menang sendiri. Jadikanlah kami menjadi orang qana’ah atau menerima apa saja pemberianmu, bebaskan kami dari keserakahan, berilah kami kemampuan membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Kuatkan iman di dada kami, cukupilah kebutuhan kami agar kami bisa mengabdi kepadaMu dengan lebih baik. Berilah kepada kami untuk bisa mengakuiMu sebagai sumber motivasi dalam bekerja atau berprestasi..

Rabu, 16 Agustus 2006

Semangat enam satu: di mana lagi dan oleh siapa lagi

Enampuluh satu tahun mau dipanggil "bapak" sudah terlalu tua, mau dipanggil "mbah" kok belum pantes, itulah umur negeriku saat ini.
Siapapun boleh membanggakan enaknya hidup di luar negeri, pendapatan besar, kerja ringan, fasilitas lengkap dan terjamin, aman, serba teratur, tertib dan sebagainya… tetapi bukankah hidup tanpa chalenge itu justru akan monoton atau kurang variasi.
Di negeri asalnya acara "Fear Factor" cukup sukses, tetapi versi sini justru kurang berhasil, barangkali karena penonton di sini sudah terbiasa menyaksikan teman dan saudaranya melakukan adegan seperti itu, setiap saat bahkan secara live, living dangerously kata orang bule, mulai di crane gedung tinggi, pembangunan tower antena, di sepanjang rel kereta api, di jalan raya, bahkan di seantero negeri ini banyak sekali orang yang tidak lagi takut celaka ataupun mati. Di sini untuk nonton balapan f1, a1, moto_gp tidak perlu jauh-jauh, karena sirkuit balap ada di mana-mana yakni di sepanjang jalan raya. Bila beruntung, tanpa perlu ke Disneyland kita juga bisa menyaksikan adegan live seperti yang tersaji dalam filem action Holywood seperti kebut-kebutan, berantem, tawuran, bakar-bakaran, bahkan juga pengeboman.
Fenomena alam di sini tak kalah menariknya, kalau di California ada gempa bumi di sini juga hal yang biasa, kalau di Jepang ada letusan gunung dan tsunami di sini juga ada, di China ada banjir bandang di sini juga sama. Bahkan ada fenomena yang jarang dijumpai di tempat lain seperti ekspor asap ke negara tetangga, banjir "petis terasi" yang bakalan bisa menenggelamkan sebuah kota, dan sederet contoh lainnya.
Siapa bilang hidup di sini tidak enak, dimana lagi di dunia ini kita lagi bisa menghentikan bis umum persis di depan gapura rumah sendiri. Dimana lagi kita kita tidak perlu antri, di mana lagi semua hal bisa datur, di mana lagi semua hal bisa dipercepat dan dimana lagi semua hal bisa dipermudah, asal tahu caranya dan punya sarananya. Di mana lagi bisa bebas melakukan pelanggaran lalu lintas dengan modal lima dolar di saku. Di mana lagi kita bebas melakukan apapun sesuai kemauan kita… Ya dimana lagi… dimana lagi… dimana lagi… dimana lagi yach, aku tidak bisa menghindar darimu.. dimana lagi tempatku untuk menjauh darimu… bagaimanapun engkau adalah negeriku, tanah tumpah darahku, tanah yang membesarkanku, engkau juga tumpuan harapan masa depanku.. dan siapa lagi yang akan menjadikan negeri ini menjadi lebih baik kalau bukan kita juga akhirnya....
Selamat ulang tahun negeriku…. Merdeka!

Jumat, 04 Agustus 2006

Setelah bencana, kita mau apa?

Bila suatu musibah berlalu, bukan berarti tidak akan ada lagi musibah yang akan datang menghampiri. Tengoklah kisah Nur (27 tahun) wanita asal Madura yang sangat mengharukan. Ketika gempa melanda Bantul (27/3) ia dan keluarganya berada di sana bahkan anak tertuanya Dede (12 tahun) menjadi salah satu di antara 6.500 korban yang meninggal. Kemudian ia sekeluarga memutuskan pindah ke kampung asal suaminya di Cikalong Tasikmalaya, dengan harapan bisa segera menghilangkan trauma yang pernah dialaminya. Memang ia sejenak bisa memperoleh ketenangan di Cikalong, tetapi siapa sangka pada tanggal 17/7 sore kampung asal suaminya itu-pun habis tersapu tsunami. Alhamdulillah Nur selamat dari musibah kedua yang dialaminya tersebut walaupun harus menderita luka-luka yang cukup parah. Aapun kini pasrah, tidak ada keinginan untuk pulang ke kampungnya di Madura, karena ia percaya kalau Allah menghendaki di mana saja bencana akan bisa menimpa sesorang.
Sungguh sebuah kisah yang sangat mengharukan dan mungkin hanya beberapa orang saja diabtara milyaran manusia di dunia ini yang pernah mengalami kisah serupa. Menjadi saksi hidup sebuah bencana saja berarti memperoleh pengalaman yang sangat berharga, apalagi ia sampai mengalami dua bencana hanya dalam selang waktu kurang dari empat bulan.
Sebuah bencana tidak pernah bisa dinilai dengan uang. Bayangkan untuk tsunami Aceh, gempa Jogja dan tsunami Pangandaran saja, harus ada ratusan ribu nyawa melayang, puluhan bahkan ratusan ribu bangunan luluh lantak, entah berapa nilai harta benda yang musnah, belum lagi biaya sosial karena kehilangan anggota keluarga, teman, kerabat, kehilangan mata pencaharian atau pekerjaan, maupun biaya materi maupun non materi untuk membangun kembali masyarakat yang trauma paska bencana....
Oleh karena itu.. sungguh teramat sayang apabila bencana yang tidak ternilai tersebut tidak berpengaruh apapun atau sedikitpun tidak membuat hati kita tergerak, baik sebagai korban yang selamat, sebagai orang yang punya kaitan dengan sebagian korban, maupun sebagai orang yang tidak terkena bencana maupun tidak ada sangkut paut dari korban tetapi mengetahui bencana itu baik secara langsung ataupun hanya dari berita media massa.
Mungkin kita akan mendapat murka, kalau pengalaman tak ternilai berupa tragedi besar yang Allah tunjukkan di depan mata kita itu tidak berbekas dalam hidup dan segera terhapus dari memory kita tanpa sedikitpun mengubah pandangan, sikap maupun perilaku kita. Oleh karena itu kita perlu mencari pelajaran apa yang bisa diperoleh dari bancana yang pernah terjadi di sekitar kita. Inilah barangkali sedikit diantara pelajaran itu:
Pertama, bencana menyadarkan bahwa kita ini berada di wilayah yang rawan bencana, secara ilmiah mustahil tidak ada lagi bencana di negeri ini. Maka mata harus terbuka untuk lebih waspada dan selalu siap sedia kalau sewaktu-waktu terjadi bencana. Pihak berwenang hendaknya juga menyiapkan peralatan, fasilitas, infrastruktur, organisasi, managemen dalam peringatan dini, tanggap darurat, evakuasi sampai recovery kalau terjadi bencana dan kita semua juga rela ikut berpartisipasi dan memeliharanya.
Kedua, bencana menjadi titik tolak untuk berbenah diri. Berdasarkan sebab terjadinya, ada bencana (sebagian besar) akibat perbuatan tangan manusia manusia dan ada pula bencana (yang hampir) bebas dari campur tangan campur tangan manusia (lihat QS Ar-Ruum 41). Untuk bencana yang diakibatkan oleh "kesalahan" manusia (banjir, longsor, kebakaran hutan, dll), harus ada komitmen dan upaya menghentikan eksploitasi membabi buta terhadap alam dan perbaikan alam yang telah rusak, sehingga bencana semacam itu bisa dicegah. Adapun terhadap bencana yang di luar kuasa tangan manusia (gempa, tsunami, gunung meletus, dll), walaupun manusia tidak punya kekuatan untuk mencegah, tetapi tetap harus berupaya untuk melakukan mitigasi, antara lain mengatur lingkungan, penetapan struktur, konstruksi dan bahan bangunan didaerah rawan bencana, dll sehingga kalau terjadi bencana, kerusakan dan korban bisa ditekan.
Ketiga, seberat apapun bencana yang menimpa, sebagai hamba Allah manusia harus tetap sabar (baca Al Ankabut 1-3). Tidak boleh berprasangka buruk terhadap Allah SWT dan selalu yakin bahwa Allah tidak pernah membebankan sesuatu yang di luar kekuatan manusia. Bahkan menurut sabda Nabi bahwa yang sabar menerima musibah akan memperoleh buah antara lain ampunan dosa-dosanya (HR Al Imam Tirmidzi).
Keempat, musibah bisa dijadikan momentum untuk meningkatkan kesadaran akan kelemahan kita sebagai makhluk dan mengakui kebesaran Allah SWT sebagai Tuhan seru sekalian alam, dan (atas kehendakNya) bencana bisa saja sewaktu-watu merenggut kita. Oleh karena itu bencana hendaknya dijadikan motivasi untuk menguatkan iman, meningkatkan takwa, mengintensifkan ibadah menjalankan perintah maupun menjauhi yang dilarang dan menambah kekhusukan dalam bermunajat mohon perlindungan agar diselamatkan dari segala macam bencana (Meskipun Indonesia bebas gempa itu 99% mustahil, kalau pelepasan energi melalui gempa dicicil kecil-kecil juga akan lebih aman dibandingkan bisa pelepasan sekaligus berupa gempa besar satu atau dua kali saja).
Kelima, bencana adalah wahana bagi kita --yang tidak ikut menjadi korban-- untuk menolong sesama, membantu mereka yang selamat dari bencana tapi menderita, menghibur mereka yang trauma, menyantuni keluarga korban yang kehilangan masa depannya. Ketika ada bencana sedangkan kita lapang bersegeralah untuk berbagi, karena kita tidak pernah tahu (dan juga tidak pernah berharap) kapan ada bencana lagi, seandainya-pun akan ada bencana lagi, kita juga tidak tahu apakah ketika itu kita masih bisa berbuat sesuatu...
Amien..Wallahu a'lam..

Sabtu, 22 Juli 2006

Lagi: Bencana berjalan sesuai takdirnya

Bencana.. akan menorehkan luka bagi para korban dan orang terdekatnya. Bencana menyebabkan seseorang kehilangan orang terdekat yang menjadi menjadi tumpuan kasih sayang, tempat menaruh harapan dan berbagi perasaan atau tempat memberi penghormatan. Bencana menjadi penyebab musnahnya harta benda, rusaknya sumber kehidupan, menyebabkan rasa sakit atau pilu baik di hati atau di badan fisik. Bencana mengakibatkan trauma dan keputus asaan. Bencana memerlukan uluran tangan-tangan yang simpati, empati atau yang terpanggil untuk meringankan penderitaan korban dan keluarga. Bencana membutuhkan pribadi-pribadi yang tulus dan ikhlas, yang sibuk untuk menolong sehingga tidak cukup punya waktu untuk mencari-cari kesalahan atau melempar tanggung jawab kepada orang lain... Manusia bisa mempunyai andil dalam terjadinya sebuah bencana, tetapi tidak semua bencana terjadi akibat perbuatan tangan manusia, Banjir, longsor, kebakaran hutan mungkin terjadi akibat kecerobohan manusia, tetapi dalam kejadian gempa boleh menihilkan campur tangan manusia. Manusia dengan upayanya mampu mencegah terjadinya banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, dan lain-lain tetapi (paling tidak hingga kini) tidak ada satupun manusia yang mampu mencegah terjadinya gempa dan tsunami atau menghentikan letusan sebuah gunung berapi. Maksimal upaya yang dilakukan untuk menghadapi gempa, tsunami dan letusan gunung adalah mitigasi atau mengurangi dampak yang akan ditimbulkannya...
Dari bencana yang pernah beberapa kali melanda saudara-saudara kita, rasanya semua bisa dijelaskan dengan logika pemikiran manusia. Tidak ada penyimpangan atau anomali dari pengetahuan yang pernah terpikirkan oleh manusia. Hal ini menunjukkan bahwa bencana itu terjadi karena alam tunduk terhadap takdirnya atau tunduk terhadap hukum-hukum alam atau yang disebut “sunatullah”. Allah dengan kuasaNya bisa saja berkehendak terjadi sesuatu yang diluar nalar manusia (“kun fayakun”) dan Allah memang memiliki Kuasa dan Hak yang tidak bisa diganggu gugat untuk itu, tetapi sejauh ini bencana yang terjadi masih dalam batas yang bisa dipahami oleh akal manusia, masih bisa dijelaskan oleh ilmu manusia. Nah.. oleh karena itu apabila ada anggapan bahwa bencana selama ini menunjukkan ke-sewenang-wenangan Allah terhadap ummatnya itu adalah prasangka buruk yang sangat berlebihan....Memang, manusia dengan egonya sering tidak mau “mengerti” terhadap kehendak Allah, manusia sering mengharap agar Allah selalu memenuhi apa saja yang menurutnya baik. Manusia cenderung menolak, apabila yang ada pada dirinya atau yang diperolehnya, berbeda dengan apa yang diharapkannya. Ketidak sesuaian antara kenyataan dan harapan sering dianggap laknat, kutukan, ada rasa diperlakukan tidak adil, balasan yang diterima tidak layak dibanding upaya yang telah dilakukan, sehingga hilanglah rasa syukur dari dalam diri atau yang lebih parah “berprasangka buruk” terhadap Allah. Hati nuraninya tertutup sudah oleh kerak dan jelaga prasangka buruk. "Kemudian hatimu menjadi keras sesudah itu, hingga seperti batu, malahan lebih keras lagi".
Bencana pasti menorehkan luka.... tetapi pasti ada hikmah yang tersembunyi di sana. Allah pasti mempunyai maksud tertentu dan bencana itu pasti masuk dalam “grand scenario” dari Sang Maha Pemelihara keseimbangan di alam dunia ini. Seandainya.... tidak pernah kita semua ini menjadi tua, seandainya tidak pernah ada lempeng benua yang saling bergerak dan bertumbukan, seandainya tidak pernah ada gempa, seandainya tidak pernah ada banjir, seandainya tidak pernah ada gunung meletus, seandainya tidak pernah ada tsunami, dll.... barangkali keseimbangan alam sudah kacau balau sejak dulu, sehingga kehidupan yang ada di dalam dunia inipun juga tidak akan mampu bertahan dalam jangka waktu yang lebih lama dari saat ini. Memang apa yang menurut manusia baik, belum tentu baik menurut Allah, sebaliknya apa yang menurut manusia buruk belum tentu buruk bagi Allah, karena manusia memiliki pengetahuan yang terbatas sedangkan ilmu Allah tidaklah terbatas.
Wallahu 'alam...

Selasa, 07 Maret 2006

Berbahasa baik dan benar Itu bagaimana?

Belum lama ini di “Ida Khrisna Show” radio Delta diperkenalkan bahasa baku dari benda yang dekat dengan aktivitas sehari-hari orang kantor. Di najalah Tempo edisi 6-12, halaman 10, dalam kolom surat pembaca.tertulis: “imbauan kepada seluruh masyarakat untuk memperlakukan uang rupiah dengan baik, di antaranya dengan tidak melipat, mengokot (stapling)”.
Jadi teman setia orang yang dekat dengan kertas (orang kantoran, tukang ketik, jasa foto copy, percetakan, dll) yaitu “stapler” alias “jegregan” itu bahasa bakunya “pengokot”. Nah lho....
Upaya untuk meningkatkan nasionalisme melalui mencari padanan kata asing dengan bahasa baku terus dilakukan. Memang ada yang berhasil, tetapi tidak kurang yang justru membuat bahan cemooh. Kata "canggih" adalah salah satu contoh keberhasilan, karena banyak yang sudah lupa kalau kata itu baru diperkenalkan beberapa tahun lalu sebagai padanan dari "sophisticated",
Namun "effective” dan “efficient" belum hilang dari percakapan sehari-hari, bahkan orang akan merasa asing kalau mendengar kata "sangkil dan mangkus".
Kalau mendengar "lacur sero", apa yang ada di benak anda? Kalau anda menduga usaha penyedia wanita penghibur, itu adalah salah besar, karena itu adalah bahasa baku dari "go public". Memang pengertian “lacur” adalah jual diri sehingga menjadi milik umum alias jadi pelat kuning, sehingga perusahaan (yang sahamnya) milik umum atau "go public" pantas disebut “lacur sero”. Masalahnya karena mengandung kata “lacur” itulah maka akan menimbulkan konotasi dan asosiasi kepada hal yang lain.
Karena IT asalnya dari sono, maka di dunia tersebut penuh dengan istilah asing. Kata Jawa 'unduh" coba diusulkan sebagai pengganti "download", namun entah apa sebabnya belum ada usulan bahasa baku untuk "upload". Memang pemakai internet di manapun lebih sering melakukan download ketimbang upload, tetapi dengan tidak adanya kata baku pengganti upload apakah itu menunjukkan bahwa kita ini bangsa yang hanya jadi konsumen internet saja dan tidak pernah punya keinginan untuk mengisinya dengan karya kita sendiri.
Meskipun punya kemampuan bahasa Inggris pasif dan pas-pasan, memahami instruksi penggunaan alat dalam bahasa aslinya umumnya jauh lebih mudah dibandingkan dengan dalam bahasa Indonesia baku. Kalau istilah IT dipaksa untuk dibakukan dalam bahasa Indonesia bisa-bisa menimbulkan salah pengertian. Ambil contoh istilah berikut ini
hardware = perangkat keras
software = perangkat lunak
joystick = tongkat kesenangan
plug and play = colok dan main
port = lubang
server = pelayan
client = pelanggan


Pada sebuah buku komputer berbahasa Inggris tertulis:
"That server gives a plug and play service to the clients using either hardware or software joystick. The joystick goes into the port of the client."
Kalau disalin dalam bahasa Indonesia baku akan menjadi:
"Pelayan itu memberi pelanggannya layanan colok dan main dengan mempergunakan tongkat kesenangan jenis keras atau lunak. Tongkat kesenangan itu dimasukkan ke dalam lubang dari pelanggan."

Mana yang lebih bisa menjelaskan pengertian sebenarnya