Selasa, 07 Maret 2006

Berbahasa baik dan benar Itu bagaimana?

Belum lama ini di “Ida Khrisna Show” radio Delta diperkenalkan bahasa baku dari benda yang dekat dengan aktivitas sehari-hari orang kantor. Di najalah Tempo edisi 6-12, halaman 10, dalam kolom surat pembaca.tertulis: “imbauan kepada seluruh masyarakat untuk memperlakukan uang rupiah dengan baik, di antaranya dengan tidak melipat, mengokot (stapling)”.
Jadi teman setia orang yang dekat dengan kertas (orang kantoran, tukang ketik, jasa foto copy, percetakan, dll) yaitu “stapler” alias “jegregan” itu bahasa bakunya “pengokot”. Nah lho....
Upaya untuk meningkatkan nasionalisme melalui mencari padanan kata asing dengan bahasa baku terus dilakukan. Memang ada yang berhasil, tetapi tidak kurang yang justru membuat bahan cemooh. Kata "canggih" adalah salah satu contoh keberhasilan, karena banyak yang sudah lupa kalau kata itu baru diperkenalkan beberapa tahun lalu sebagai padanan dari "sophisticated",
Namun "effective” dan “efficient" belum hilang dari percakapan sehari-hari, bahkan orang akan merasa asing kalau mendengar kata "sangkil dan mangkus".
Kalau mendengar "lacur sero", apa yang ada di benak anda? Kalau anda menduga usaha penyedia wanita penghibur, itu adalah salah besar, karena itu adalah bahasa baku dari "go public". Memang pengertian “lacur” adalah jual diri sehingga menjadi milik umum alias jadi pelat kuning, sehingga perusahaan (yang sahamnya) milik umum atau "go public" pantas disebut “lacur sero”. Masalahnya karena mengandung kata “lacur” itulah maka akan menimbulkan konotasi dan asosiasi kepada hal yang lain.
Karena IT asalnya dari sono, maka di dunia tersebut penuh dengan istilah asing. Kata Jawa 'unduh" coba diusulkan sebagai pengganti "download", namun entah apa sebabnya belum ada usulan bahasa baku untuk "upload". Memang pemakai internet di manapun lebih sering melakukan download ketimbang upload, tetapi dengan tidak adanya kata baku pengganti upload apakah itu menunjukkan bahwa kita ini bangsa yang hanya jadi konsumen internet saja dan tidak pernah punya keinginan untuk mengisinya dengan karya kita sendiri.
Meskipun punya kemampuan bahasa Inggris pasif dan pas-pasan, memahami instruksi penggunaan alat dalam bahasa aslinya umumnya jauh lebih mudah dibandingkan dengan dalam bahasa Indonesia baku. Kalau istilah IT dipaksa untuk dibakukan dalam bahasa Indonesia bisa-bisa menimbulkan salah pengertian. Ambil contoh istilah berikut ini
hardware = perangkat keras
software = perangkat lunak
joystick = tongkat kesenangan
plug and play = colok dan main
port = lubang
server = pelayan
client = pelanggan


Pada sebuah buku komputer berbahasa Inggris tertulis:
"That server gives a plug and play service to the clients using either hardware or software joystick. The joystick goes into the port of the client."
Kalau disalin dalam bahasa Indonesia baku akan menjadi:
"Pelayan itu memberi pelanggannya layanan colok dan main dengan mempergunakan tongkat kesenangan jenis keras atau lunak. Tongkat kesenangan itu dimasukkan ke dalam lubang dari pelanggan."

Mana yang lebih bisa menjelaskan pengertian sebenarnya