Selasa, 16 Januari 2007

kehadiran Allah di sekitar kita


Bahwasanya Allah lebih dekat ke diri kita dibanding urat leher sendiri. alam ini juga dalam kuasaNya. alam ini dicipta hanya untuk bertasbih dan bersujud kepadaNya. maka dari itu gelaran alam merupakan tanda kebesaran dan kekuasaanNya.

Alam dan seluruh ciptaanNya selalu tunduk kepada ketentuan yang disebut Sunatullah. Tumbuhan dan hewan berkembang sesuai siklus hidupnya masing-masing, benda langit berjalan pada orbit masing-masing, semua membentuk sistem yang harmonis. kalau ada upaya suatu titik dalam orbit yang ingin keluar dari lintasan, maka akan menggeser keseimbangan lama menuju suatu keseimbangan yang baru. proses ini bisa menyebabkan kekacauan atau bahkan chaos di sebagian atau keseluruhan sistem.

Bisa jadi terjadinya bencana alam yang selama ini kita lihat dan rasakan adalah akibat adanya upaya manusia --yang diberi mandat menjadi wakil Tuhan di muka bumi--- berbuat aniaya atau dzalim yaitu ingin lepas dari orbit yang sudah ditetapkan. upaya penyangkalan, sekecil apapun kalau tidak terkendali akan berpotensi menimbulkan akibat yang yang sangat besar sehingga di luar kekuasaan manusia yang semula merasa sudah sangat perkasa...

Kalau demikian, masih perlukah Tuhan menunjukkan eksistensinya hanya melalui lafadz
seperti di api ledakan pipa gas Pertamina di Porong? Orang boleh berdebat mengenai hal ini tetapi sebenarnya tanda kakuasaanNya tidak hanya ditunjukkan oleh bentuk lafal di api itu saja, proses ledakan itu saja sudah merupakan salah satu tanda kekuasaanNya, bahkan semburan lumpur panas di dekar sumur pengeboran milik lapindo brantas yang menenggelamkan beberapa desa di beberaoa kecamatan itu juga sudah merupakan bukti kekuasaanNya.

Memang lafal Allah bagi kaum muslimin adalah sesuatu yang sudah masuk di bawah sadar, sesuatu yang sangat berpengaruh terhadap kondisi psikologis.
Itu merupakan hal wajar, karena sejak lahir, pertama kali orangtua kita mengumandangkan adzan di kuping kita. kata pertama dalam adzan yakni takbir atau pernyataan kebesaran Allah, maka itulah kata pertama yang terdengar oleh telinga kita. dalam sehari-semalam umat islam wajib takbir minimal 85 kali dalam sholat yang kita jalankan. di sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa ini, takbir berkumandang bertalu-talu ketika arek-arek Surabaya dan bocah Jawa Timur bertempur berani mati melawan belanda di kota Surabaya. Melalui corong RRI Bung Tomo juga terus mengumandangkan pekik keramat itu. Kitapun yang sehari-hari tegar di kala menapaki kehidupan yang keras, langsung berubah menjadi melankolis romantis, bahkan menangis berderai air mata dikala mendengar kumandang takbir di hari raya... itulah kekuatan takbir...

Saya ingat ada test psikologi dimana harus memberi komentar atas gambar percikan tinta tak beraturan di selembar kertas. boleh saja orang berteori, lafad Allah di gelombang tsunami Srilangka beberapa tahun yang lalu atau pada api ledakan pipa gas di lapindo ini hanya effek psikologis seperti dalam test itu. bisa jadi itu hanya suatu kebetulan belaka.
Namun demikian, apapun persepsi anda tentang buih gelombang tsunami, semburan lumpur atau api ledakan pipa gas itu... itu adalah bukti nyata tentang eksistensi Allah yang menunjukkan kekuasaanNya di dihadapan kita…. Tergantung kepekaan kita untuk menangkap pesan yang disampaikan...
wallahu a'lam