Fitnah adalah hal yang menyebabkan perpecahan, memfitnah adalah upaya untuk "memecah belah"... jadi siapa yang senang menyebarkan benih-benih kebencian sehingga menumbuh kembangkan perpecahan itulah "tukang fitnah"…
Memiliki perasaan "tidak senang" kepada kelompok atau orang tertentu karena alasan yang boleh jadi sangat subyektif, itu manusiawi sekali. Namun, manusia adalah "makhluk tuhan yang paling beradab" dan juga hidup dalam pergaulan yang beradab pula, makanya harus menahan perasaan sendiri demi menjaga perasaan orang lain. Konon rasa benci itu bisa menghapuskan rasa adil, sebab kalau diumbar lepas, akan menimbulkan kesewenang-wenangan terhadap orang yang tidak disenangi... Padahal, terhadap yang jelas menjadi pelaku kejahatan sekalipun pelurusan diarahkan terutama kepada perilakunya bukan kepada manusianya. Karena siapa tahu ia adalah korban yang perlu dikasihani, yang dilakukan adalah diluar kesadaran kemanusiaannya. Bagaimanapun menyudutkan atau menghinakan bukanlah cara yang tepat.
Fitnah lebih kejam dari pembunuhan, itu bunyi salah satu ayat suci. Maksudnya bukan berarti nyawa seorang manusia itu tidak ada artinya, namun perlu dibayangkan bahwa kehilangan nyawa yang sangat besar artinya ternyata belum ada apa-apanya dibandingkan dengan kedahsyatan fitnah keji. Fitnah keji itu laksana terjangan tsunami yang dengan dahsyatnya menyebarkan benih perpecahan yang akhirnya menyulut peperangan dengan serangkaian perusakan dan pembunuhan di dalamya.
Sekeji-kejinya fitnah, menghadapinya dengan fitnah balik adalah kontra produktif. Tidak ada bedanya antara penfitnah pertama dengan fitnah balasan, keduanya sama-sama fitnah. Sejujurnya orang melancarkan fitnah secara diam-diam mengakui eksistensi yang difitnah. Ia tidak merasa perlu menyebarkan fitnah kalau yang difitnah itu dianggap terlalu kecil atau terlalu lemah. Dengan kata lain orang akan semakin rajin menfitnah kalau memang semakin merasa "terganggu" dengan keberadaan orang yang difitnah. Seperti sebatang pohon, semakin besar dan mapan keberadaan diri, semakin ngetop dan populer seseorang, semakin tinggi kedudukan sesorang, semakin kaya sesorang, dst juga harus semakin siap untuk menerima fitnah yang semakin gencar....
Dalam perjalanan hidup kanjeng Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan ummat Islam, beliau menjadi "besar" dan "disegani" bahkan oleh musuh-musuhnya justru terutama karena sikap beliau yang tepat dan bijaksana ketika menghadapi fitnah yang beliau terima. Beliau di satu sisi sangat sabar, namun di sisi lain juga pernah melakukan perlawanan secara tepat. Bagi beliau, kekerasan adalah cara yang terakhir, dan itupun bukan dimulai dari pihak beliau...