Sabtu, 29 Maret 2008

Aku iri sama kang Gito

Tidak banyak orang yang memperoleh kesempatan seperti kang Gito. yang dikaruniai kehidupan dengan harta berkecukupan, memiliki kejayaan dan kemasyhuran sehingga bisa mengumbar hawa nafsunya dengan hura-hura, foya-foya, narkoba, angkara juga wanita...
Namun tidak banyak juga orang yang seperti kang Gito, ketika beranjak tua tubuhnya digerogoti kanker getah bening, alhamdulillah hal itu oleh beliau dianggap sebagai "teguran" atas kelakuannya selama ini, sehingga dijalaninya "cobaan" tersebut dengan sabar dan ikhlas sambil berusaha untuk terus merubah perilaku salahnya... Agaknya kang Gito bisa melampauinya dan lulus ujian itu... Karena betapa banyak orang yang juga mengalami hal serupa, namun gagal untuk menjadikan "cobaan" sebagai "jeweran" agar berbenah diri dalam rangka untuk lebih dekat lagi kepadaNya...

"Cinta yang tulus di dalam hatiku,
Telah bersemi karena-Mu
Hati yang suram kini tiada lagi
Tlah bersinar karena-Mu
Semua yang ada pada-Mu
Membuat diriku
tiada berdaya
Hanyalah bagi-Mu
Hanyalah untuk-Mu
Seluruh hidup dan cintaku…"
Kita boleh iri kepada kang Gito... karena di masa muda beliau mampu memperoleh kejayaan dan kemasyhuran, punya cukup harta, punya isteri cantik, anak yang dan keluarga yang baik. Namun akhir perjalanan hidup beliau yang "khusnul khatimah" itulah yang seharusnya membuat kita lebih iri lagi.... Ya kita iri kepada kang Gito, namun sedikitpun tidak pernah punya keinginan untuk menderita seperti kang Gito di penghujung hidup... Kapanpun rasanya kita tidak akan pernah siap, karena sering lupa mempersiapkan diri dalam menghadapi kemungkinan terjadinya...
Selamat jalan kang Gito...

Sabtu, 15 Maret 2008

Pilih Gusti Alloh sebagai sumber motivasi

Setiap jengkal langkah pasti ada tujuannya, bahkan "berjalan sak paran-paran" pun pasti ada tujuannya, bukan menuju suatu tempat tertentu, tetapi dengan "musing-musing"itu siapa tahu bisa muncul "mak thing".. gambar "plenthong" murub... artinya nemu ide yang bisa direalisasikan menjadi sesuatu yang berarti.
Hampir tiap hari, orang mruput subuh, bareng maling mau operasi ke tempat kerja, ketika larut malam dengan kondisi badan loyo dan kusut lungset baru nyampai di rumah... kalau nggak ada tujuannya, siapa yang mau. "Buat ngingoni anak bojo", (buat ngasih makan anak bini) ucapan klise para suami atau "demi anaknya mertua" seperti tertulis di bak truk antar kota di Pantura sana.
Di sekitar kita ini mudah ditemui "orang2 aneh" yang mau-maunya mengerjakan sesuatu yang nggak enak namun imbalan yang diperoleh juga nggak memadai.. bukan karena kepepet, lha wong tampaknya mereka juga menjalankan dengan sungguh-sungguh, tidak nampak keluh kesah bahkan sepertinya malah "enjoy aja" dengan keadaan tidak menyenangkan itu ... Ketika mereka ditanya, kok mau-maunya melakukan pekerjaan itu, jawab mereka enteng saja "lillahi ta'ala"... atau dengan kalimat yang agak panjang "mencari ridhonya Gusti Alloh"... hebat banget yak..
Memang yang menggerakkan dan mengarahkan seseorang untuk berperilaku adalah motif. Motivasi kuatlah yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu yang "luar biasa" seperti itu. Banyak contoh orang bisa "sukses" karena sungguh-sungguh, tidak main-mai, tidak setengah-setengah dalam menekuni pekerjaan yang dihadapinya. Siapapun boleh iri atau meniru orang sukses seperti itu. Namun perlu disagdari banwa motivasi itu berasal dari dalam diri, bukan karena dorongan dari luar.... soalnya kalau akibat trigger rangsangan dari luar itu namanya emosi yang hanya bertahan ketika tahi ayam masih hangat saja.
Dus gibas, dus gembel.... jadi perilaku manusia sangat tergantung motif yang mendasari. Kalau motifnya baru sebatas urusan perut atau dibawahnya saja, maka dia baru berada pada dasar piramida mbah Maslow dan perilakunya juga tidak jauh-jauh dari yang hidup di taman safari, hutan belantara atau dikandang piaraan atau tontonan. Konon, tanpa akal budi manusia memang enggak ada bedanya dengan aktor/aktris terkenal yang jadi bintang Kanal Animal Planet yang nggak pernah menerima bayaran itu.
Menurut pak ustad di langgar ndeso dulu... ketika akan akan jadi manusia dulu, kita ini masing-masing sudah tandatangan MOU dengan Gusti Alloh, bersedia untuk jadi wakilNya di muka bumi dan siap sedia untuk selalu manut, tunduk patuh beribadah kepadaNya.. Nah karena udah tandatangan itulah maka mau nggak mau, ya harus memilih The Ultimate Motivator sebagai sumber motif kehidupan ini. Sebagai The Ultimate sumber motif, Gusti Alloh ya harus melingkupi seluruh tingkah laku bahkan juga dalam berpikir dan olah rasa. Kapanpun butuh Gusti Alloh, bukan hanya sekali-kali ketika terdesak butuh tempat pelarian.
Kalau udah Lillahi Ta'ala atau karena Gusti Alloh Yang Maha Tinggi maka segala keberhasilan adalah karuniaNya yang layak disyukuri dan tidak pantas disombongkan. Sebaliknya apabila gagal, bukan berarti kiamat, mungkin belum ada restu dariNya atau Ia masih menguji kesungguhan dalam menggapainya sehingga perlu diupyakan terus dan terus dan terus dan terus. Pujian orang lain atau bahkan balasan karena itu bukanlah satu-satunya tujuan dalam mengerjakan sesuatu. Bagi Gusti Alloh "effort" juga bernilai di samping "afford" sesuatu. tetapi bukan berarti boleh gagal melulu.