Kamis, 16 November 2006

nomor dua! apakah pecundang?

manusia tercipta untuk siap bersaing, sebab mulai dari proses awal terjadinya saja sudah melalui persiangan sengit antara hidup dan mati. pada peristiwa pembuahan, ribuan sel sperma yang dipancarkan bapak harus saling berlomba mendekati ovum di rahim ibu, dari ribuan sel yang berjuang tersebut hanya ada satu yang akan mampu bersatu dengan sel telur dan membentuk zygote dan akhirnya berkembang menjadi janin dan terlahir sebagai manusia. sedangkan yang lainnya tidak ada artinya apa-apa. dalam permainan olahraga atau persaingan lainnya, sering yang dianggap berguna adalah yang nomor satu, sementara yang lain adalah pecundang yang tidak pernah diperhitungkan.
sungguh malang nasib pecundang, siap untuk dihujat, rela dicaci maki. berapapun usaha dan apapun pengorbanan yang telah dikeluarkan dalam mengikuti persaingan tidak pernah mendapat pengakuan atau penghargaan.
namun, dalam sejarah perjuangan bangsa mencatat beberapa tokoh yang sebenarnya mengalami nasib kurang baik dalam akhir perjalanan perjuangannya, misalnya harus mati terbunuh secara heroik dalam suatu pertempuran, atau bahkan terpedaya, ditangkap dan akhirnya diasingkan ke suatu pulau yang terpencil. meskipun demikian perjuangan mereka itu tidaklah sia-sia, kita semua masih menghargainya dan kita masih memberi gelar mereka pahlawan walaupun tidak memperoleh apa yag dicita-citakan. seperti konsep mati syahid dalam ajaran agama, dimana para syuhada itu tidak selalu mereka yang bisa memenangkan pertempuran dengan gemilang, bisa saja mereka adalah yang mati ditengah-tengah perjuangan. jadi ternyata effort juga bisa mendapat penghargaan meskipun gagal untuk mendapatkan afford. jadi penghargaan sebagai pahlawan bukan hanya karena telah berhasil dengan gemilang mengusir musuh namun termasuk mereka yang telah berusaha keras berjuang meskipun tidak menuai keberhasilan.
kemenangan adalah motivasi dari suatu perjuangan. tanpa keyakinan akan bisa menang tidak mungkin perjuangan dilakukan. namun kemenangan bukan suatu keharusan. hidup ini tidak akan menjadi sia-sia apabila gagaluntuk menggapai seluruh cita-cita. jadi jangan takut untuk punya cita-cita dan yang lebih penting jangan takut untuk memperjuangkannya meskipun belum tentu akan tercapai.
Gambar:
Bakso Kadipolo di depan RS PKU Muhammadiyah Solo, menyatakan dirinya nomor 2 sedunia. Ia rela menjadi nomer dua, karena di posisi ini iapun bisa eksis.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

karena sebagian besar dari kita lebih menghargai hasil mas daripada proses...betul ga??

Anonim mengatakan...

Ya ampun, Anda ini cuma mau ngomongin Kadipolo aja njelimet amat. Muter kemana-mana.

Saya penasaran apa komentar saya ini diloloskan.