Sabtu, 13 Oktober 2007

Selamat Idul Fitri 1428 H


kepada anda yang merayakan,
selamat idul fitri 1428 h
"taqaballahu minna wa minkum, taqabal ya karim"
semoga allah menerima ibadah ramadhan dan merahmati anda.
untuk seluruh pembaca:
mohon maaf lahir dan batin.

Kamis, 11 Oktober 2007

Tamu itu akan segera berlalu

Tamu itu akan segera undur diri... meninggalkan kita dan tidak akan pernah kembali lagi .. Ya... Ramadhan tahun ini akan segera berlalu...
Tidak ada diantara kita yang bisa memastikan apakah bisa bertemu kembali dengan Ramadhan tahun depan.. kalaupun bisa bertemu itu pasti bukan Ramadhan tahun ini, karena ketika itu sisa umur kita sudah berkurang satu tahun sehingga kita tidak lagi semuda sekarang...
Dalam rentang kehidupan ini, Ramadhan demi Ramadhan berlalu. Seseorang yang di tahun lalu masih terlihat bersama kita, di Ramadhan kali ini sudah pergi selamanya. Boleh jadi seseorang yang di Ramadhan ini masih bisa kita ajak tawa canda, di tahun depan sudah tidak dapat kita jumpai lagi....
Seperti halnya mereka, kita juga akan sampai pada Ramadhan yang terakhir yang kita belum tahu kapan itu. Mustahil kalau terjadi seratus tahun lagi, paling lama hanya beberapa puluh tahun lagi, bisa saja hanya belasan tahun lagi, bahkan sepuluh tahun lagi, lima tahun lagi, satu dua tahun lagi... atau bisa juga tidak ada orang yang tahu kalau ini adalah Ramadhan terakhir yang masih bisa kita alami...
Para sahabat Kanjeng Nabi bersedih ketika Ramadhan akan berlalu, karena harus berpisah dengan bulan suci yang didamba kehadirannya. Seperti tidak merasa lelah mereka berlomba memanfaatkan saat ijabah penuh berkah yang ada di dalamnya, penuh gairah mengisinnya dengan aktivitas ibadah dan amal saleh untuk meningkatkan ketaqwaan, mengasah kepekaan nurani dan membangkitkan kepedulian terhadap penderitaan sesama...
Sebulan Ramadhan belum cukup waktu bagi mereka dalam menghapus rindu, sebulan terlalu singkat untuk meraih berkah dan hikmah bulan mulia. Maka ketika Ramadhan itu berlalu, mereka melepas kepergiannya dengan air mata haru, setumpuk sesal yang menyesak dada karena merasa masih ada saja waktu yang ter buang waktu sia-sia selain untuk beribadah dan berkarya untuk meningkatkan derajad taqwa..
Satu-satunya harapan yang tersisa hanya doa hanya agar bisa diperkenankan bisa bertemu dengan Ramadhan tahun berikutnya, walaupun dalam waktu sisa umur yang berbeda, dalam kondisi fisik yang makin menua, tetapi berharap untuk mampu dan mau mengisi bulan Ramadhan dengan lebih baik lagi.
Pada sisi lain.. di bulan Ramadhan setan dan iblis dibelenggu. Bagi setan Ramadhan adalah memberatkan, keberadaannya adalah beban, waktu sebulan juga terasa lama. Perpisahaan dengannya menimbulkan rasa lega, sehingga akhir bulan mereka sambut suka cita karena akan terbebas dari penjara. Harapannya, jangan sampai cepat-cepat bertemu kembali lagi dengan Ramadhan.
Inikah yang saat ini ada di benak kita? Kalau demikian barangkali inilah salah satu cermin yang mampu memberikan gambaran secara jujur diri kita sesungguhnya...
Naudzubillahi min dzalik....

Senin, 08 Oktober 2007

Masuk sorga nggak ngajak tetangga

Yang punya otoriitas menerima atau menolak ibadah itu Gusti Alloh. Yang menetapkan anda besok dijebloskan ke dalam neraka atau mau diangkat ke surga itu ya Gusti Alloh juga. Manusia cuma diberi petunjuk lewat orang yang dipilih serta diberi akal dan nurani untuk menimbang dan memilih mana yang paling baik. Akalpun sangat terbatas kemampuannya, nurani juga bisa tercemar oleh hawa nafsu, sehingga mungkin juga justifikasi manusia ternyata salah. Karenanya manusia hanya diwajibkan untuk berusaha dan harus selalu mohon petunjuk jalan yang lurus (minimal 17 kali sehari semalam). Ewadewe (eh basa Indonesianya apa ya) ternyata justifikasi salah… Gusti Alloh pasti tahu dan menilai seadil-adilnya terhadap apa yang telah kita lakukan, dan apa yang kita pikirkan sepanjang itu sudah sesuai dengan akal dan nurani kita masing-masing….
Telah lama ada sekelompok pengajian di lingkungan saya di bilangan Komplek Perhubungan Rawamangun. Saya nggak bisa mengatakan atau menghakimi mereka itu sesat (walaupun ada lembaga yang menyatakan seperti itu), karena emang enggak tahu persis apa sebenarnya yang diajarkan di pengajian mereka itu Sebagai orang luar hanya melihat hal-hal yang agak aneh menrut azas kepatutan dan logika berpikir saya.
Seseorang mengadakan pengajian atau bahkan kebaktian agama lain di dekat rumah saya bukan suatu yang jadi masalah besar, lha wong ada orang yang hajatan pasang sound sistem ribuan wot dan nanggap band-pun juga nggak terlalu merisaukan, yah minimal bisa memaklumi lah. Toh acara itu tidak digelar tiap hari, sebulan sekali atau lebih lama dari itu. Tetapi kalau kehadiran sebuah kelompok pengajian itu hampir tiap hari tentu lain masalahnya. Emang sih.. namanya rumah pribadi adalah privasi, tapi mau tidak mau kehadiran kelompok itu mengganggu keadaan lingkungan luar rumah, misalnya saja jalan yang dipenuhi parkir kendaraan, tidak jarang juga menimbulkan kebisingan di tengah malam ketika orang tengah enak-enak beristirahat entah orang teriak-teriak atau motor yang rame-rame distarter di tengah pemukiman. Entah karena peraaa saja atau ada unsur sentimen rasanya ada arogansi dan sama sekali tidak menenggang rasa dengan penduduk sekitarnya. Seandainya agak ribut dan bising, orang akan masih maklum kalau tempat yang digunakan itu memang dikhususkan untuk ibadah bukannya rumah tinggal yang dialih fungsikan jadi tempat seperti itu..
Apalagi sepertinya ada ketertutupan aktivitas mereka. Katanya menyebut dirinya kelompok pengajian dan mereka tahu kalau tetangg banyak yang Islam sama degan mereka…. kenapa mereka semua bukan orang sekitar dan tetangga tidak ada yang pernah dijawil… Maaf… bukannya saya mau celamitan melibat-libatkan diri dan mau tahu urusan orang. Tetapi mereka kan dilingkunganku dan saya juga berhak menerima ilmu agama yang mereka ajarkan karena agama kita juga sama. Bukannya ilmu agama itu harus disampaikan kepada siapa saja yang mau menerima Islam walaupun cuma satu ayat, dan aktivitas itu termasuk hal yang sangat diajurkan. Apakah mereka itu sedemikian ekslusif sehingga yang tidak bercelana cingkrang tidak boleh masuk wilayah peribadatan mereka. Apakah hanya mereka yang masuk surga karena yang lain adalah 69 golongan yang tidak diterima... Naudzubillahi min dzalik kalau emang begitu...
Katanya Islam itu rahmatan lil' alamin, kalau orang semakin intensif mempelajari Islam harusnya makin ramah, makin baik sama tentangga, makin tawadhu', makin bisa menjaga perasaan orang lain, makin mampu mencegah dari perbuatan tercela seperti mengganggu tetangga....
Rasanya selama ini nggak ada hambatan berarti bagi saya untuk ngaji dan menggunakan tempat ibadah kelompok yang sangat fundamental sekalipun juga sebaliknya nggak ada hambatan untuk hadir di kelompok yang menamakan dirinya liberal sekalipun…
Kenapa mereka kok menutup diri sehingga ada pertanyaan yang menggantung dan semakin menimbulkan banyak kecurigaan… apa enaknya jadi anggota pengajian itu lha kok sampai masuk sorga saja nggak mau ngajak-ajak tetangga...