Yang punya otoriitas menerima atau menolak ibadah itu Gusti Alloh. Yang menetapkan anda besok dijebloskan ke dalam neraka atau mau diangkat ke surga itu ya Gusti Alloh juga. Manusia cuma diberi petunjuk lewat orang yang dipilih serta diberi akal dan nurani untuk menimbang dan memilih mana yang paling baik. Akalpun sangat terbatas kemampuannya, nurani juga bisa tercemar oleh hawa nafsu, sehingga mungkin juga justifikasi manusia ternyata salah. Karenanya manusia hanya diwajibkan untuk berusaha dan harus selalu mohon petunjuk jalan yang lurus (minimal 17 kali sehari semalam). Ewadewe (eh basa Indonesianya apa ya) ternyata justifikasi salah… Gusti Alloh pasti tahu dan menilai seadil-adilnya terhadap apa yang telah kita lakukan, dan apa yang kita pikirkan sepanjang itu sudah sesuai dengan akal dan nurani kita masing-masing….
Telah lama ada sekelompok pengajian di lingkungan saya di bilangan Komplek Perhubungan Rawamangun. Saya nggak bisa mengatakan atau menghakimi mereka itu sesat (walaupun ada lembaga yang menyatakan seperti itu), karena emang enggak tahu persis apa sebenarnya yang diajarkan di pengajian mereka itu Sebagai orang luar hanya melihat hal-hal yang agak aneh menrut azas kepatutan dan logika berpikir saya.
Seseorang mengadakan pengajian atau bahkan kebaktian agama lain di dekat rumah saya bukan suatu yang jadi masalah besar, lha wong ada orang yang hajatan pasang sound sistem ribuan wot dan nanggap band-pun juga nggak terlalu merisaukan, yah minimal bisa memaklumi lah. Toh acara itu tidak digelar tiap hari, sebulan sekali atau lebih lama dari itu. Tetapi kalau kehadiran sebuah kelompok pengajian itu hampir tiap hari tentu lain masalahnya. Emang sih.. namanya rumah pribadi adalah privasi, tapi mau tidak mau kehadiran kelompok itu mengganggu keadaan lingkungan luar rumah, misalnya saja jalan yang dipenuhi parkir kendaraan, tidak jarang juga menimbulkan kebisingan di tengah malam ketika orang tengah enak-enak beristirahat entah orang teriak-teriak atau motor yang rame-rame distarter di tengah pemukiman. Entah karena peraaa saja atau ada unsur sentimen rasanya ada arogansi dan sama sekali tidak menenggang rasa dengan penduduk sekitarnya. Seandainya agak ribut dan bising, orang akan masih maklum kalau tempat yang digunakan itu memang dikhususkan untuk ibadah bukannya rumah tinggal yang dialih fungsikan jadi tempat seperti itu..
Apalagi sepertinya ada ketertutupan aktivitas mereka. Katanya menyebut dirinya kelompok pengajian dan mereka tahu kalau tetangg banyak yang Islam sama degan mereka…. kenapa mereka semua bukan orang sekitar dan tetangga tidak ada yang pernah dijawil… Maaf… bukannya saya mau celamitan melibat-libatkan diri dan mau tahu urusan orang. Tetapi mereka kan dilingkunganku dan saya juga berhak menerima ilmu agama yang mereka ajarkan karena agama kita juga sama. Bukannya ilmu agama itu harus disampaikan kepada siapa saja yang mau menerima Islam walaupun cuma satu ayat, dan aktivitas itu termasuk hal yang sangat diajurkan. Apakah mereka itu sedemikian ekslusif sehingga yang tidak bercelana cingkrang tidak boleh masuk wilayah peribadatan mereka. Apakah hanya mereka yang masuk surga karena yang lain adalah 69 golongan yang tidak diterima... Naudzubillahi min dzalik kalau emang begitu...
Katanya Islam itu rahmatan lil' alamin, kalau orang semakin intensif mempelajari Islam harusnya makin ramah, makin baik sama tentangga, makin tawadhu', makin bisa menjaga perasaan orang lain, makin mampu mencegah dari perbuatan tercela seperti mengganggu tetangga....
Rasanya selama ini nggak ada hambatan berarti bagi saya untuk ngaji dan menggunakan tempat ibadah kelompok yang sangat fundamental sekalipun juga sebaliknya nggak ada hambatan untuk hadir di kelompok yang menamakan dirinya liberal sekalipun…
Kenapa mereka kok menutup diri sehingga ada pertanyaan yang menggantung dan semakin menimbulkan banyak kecurigaan… apa enaknya jadi anggota pengajian itu lha kok sampai masuk sorga saja nggak mau ngajak-ajak tetangga...
Telah lama ada sekelompok pengajian di lingkungan saya di bilangan Komplek Perhubungan Rawamangun. Saya nggak bisa mengatakan atau menghakimi mereka itu sesat (walaupun ada lembaga yang menyatakan seperti itu), karena emang enggak tahu persis apa sebenarnya yang diajarkan di pengajian mereka itu Sebagai orang luar hanya melihat hal-hal yang agak aneh menrut azas kepatutan dan logika berpikir saya.
Seseorang mengadakan pengajian atau bahkan kebaktian agama lain di dekat rumah saya bukan suatu yang jadi masalah besar, lha wong ada orang yang hajatan pasang sound sistem ribuan wot dan nanggap band-pun juga nggak terlalu merisaukan, yah minimal bisa memaklumi lah. Toh acara itu tidak digelar tiap hari, sebulan sekali atau lebih lama dari itu. Tetapi kalau kehadiran sebuah kelompok pengajian itu hampir tiap hari tentu lain masalahnya. Emang sih.. namanya rumah pribadi adalah privasi, tapi mau tidak mau kehadiran kelompok itu mengganggu keadaan lingkungan luar rumah, misalnya saja jalan yang dipenuhi parkir kendaraan, tidak jarang juga menimbulkan kebisingan di tengah malam ketika orang tengah enak-enak beristirahat entah orang teriak-teriak atau motor yang rame-rame distarter di tengah pemukiman. Entah karena peraaa saja atau ada unsur sentimen rasanya ada arogansi dan sama sekali tidak menenggang rasa dengan penduduk sekitarnya. Seandainya agak ribut dan bising, orang akan masih maklum kalau tempat yang digunakan itu memang dikhususkan untuk ibadah bukannya rumah tinggal yang dialih fungsikan jadi tempat seperti itu..
Apalagi sepertinya ada ketertutupan aktivitas mereka. Katanya menyebut dirinya kelompok pengajian dan mereka tahu kalau tetangg banyak yang Islam sama degan mereka…. kenapa mereka semua bukan orang sekitar dan tetangga tidak ada yang pernah dijawil… Maaf… bukannya saya mau celamitan melibat-libatkan diri dan mau tahu urusan orang. Tetapi mereka kan dilingkunganku dan saya juga berhak menerima ilmu agama yang mereka ajarkan karena agama kita juga sama. Bukannya ilmu agama itu harus disampaikan kepada siapa saja yang mau menerima Islam walaupun cuma satu ayat, dan aktivitas itu termasuk hal yang sangat diajurkan. Apakah mereka itu sedemikian ekslusif sehingga yang tidak bercelana cingkrang tidak boleh masuk wilayah peribadatan mereka. Apakah hanya mereka yang masuk surga karena yang lain adalah 69 golongan yang tidak diterima... Naudzubillahi min dzalik kalau emang begitu...
Katanya Islam itu rahmatan lil' alamin, kalau orang semakin intensif mempelajari Islam harusnya makin ramah, makin baik sama tentangga, makin tawadhu', makin bisa menjaga perasaan orang lain, makin mampu mencegah dari perbuatan tercela seperti mengganggu tetangga....
Rasanya selama ini nggak ada hambatan berarti bagi saya untuk ngaji dan menggunakan tempat ibadah kelompok yang sangat fundamental sekalipun juga sebaliknya nggak ada hambatan untuk hadir di kelompok yang menamakan dirinya liberal sekalipun…
Kenapa mereka kok menutup diri sehingga ada pertanyaan yang menggantung dan semakin menimbulkan banyak kecurigaan… apa enaknya jadi anggota pengajian itu lha kok sampai masuk sorga saja nggak mau ngajak-ajak tetangga...
9 komentar:
Eksklusif banget sih mereka....
Di tempat saya juga ada jama'ah seperti itu. Tapi sudah diajak ngomong baik-baik sama pak Ustadz, lalu membubarkan diri. Alhamdulillah, mereka masih mendapat hidayah dari Allah untuk kembali ke jalan yang lurus.
Kebanyakan dari mereka ternyata adalah kaum muslim yang merasa tidak diterima oleh sesama muslim sendiri. Jadi, kalo ada seperti ini, salah siapa coba?
Sekarang ini perlu adanya konsolidasi sosial sesama muslim. Karena saya liat, ukhuwah islamiyah sudah tidak lagi lekat seperti jaman bapak dan kakek saya dulu (dari critanya).
CMIIW
pasrahkan saja ke Alloh, hanya Alloh yg tahu segalanya, janganlah berbuat fitnah karena fitnah lebih kejam dari pembunuhan.
to anonim, fitnah itu bisa dikurangi kalau ada keterbukaan. semakin eksklusif atau tertutup sebuah kelompok akan semakin mudah menimbulkan fitnah.
ini anonim yg lain, coba sekali-kali kang ucup ikut ngaji ama mereka biar tahu apa yg mrk pelajari, nanti baru komentar lagi, tanya2 aja kang kalo ada sesuatu yang nggajal dipikiran pasti akan terjawab.
sdr whoever you are (ngapain sih kon ndadak pake anonim segala emang saya nakutin?)... saya nggak menjustifikasi ajarann mereka itu urusan mereka dengan gusti alloh.. jadi rasanya nggak perlu ngaji bareng mereka, lagian belum tentu diterima utuh apa adanya. yang saya nggak cocok kan sikap eksklusif misalnya kumpul ngaji di tempat khusus nggak mau kecampuran yang lain dan nggak mau nyampur yang lain juga... itukan sesuai judul tulisan "masuk surga nggak mau ngajak tetangga (yang bukan kelompoknya)"...
Abi... mah setuju ama kang Ucup, salut deh ama tag nya ..-masuk surga ko ngga ngajak-ngajak ya- kalo emang murni lembaga dakwah,yang mao ngajari kebenaran knapa mesti mengEksklusifkan diri- nda boleh baur ama org luar lah, nda blh kawin ama org luar lah. dll, mesti pake ND lah .(ribet kali). Coba mereka lebih bersosialisasi dengan masyarakat etc : sholat bareng, ngaji bareng," ada komunikasi dua arah singktnya/saling mengisi" pasti ga bakalan saling curiga..saya jadi bepandangan..mungkin apabila mereka tidak mengekslusifkan diri mereke ga laku kali... dan jemaahnya menjadi sedikit ...& ga laku dijual ama PARPOL deh,,..:p
Abi... mah setuju ama kang Ucup, salut deh ama tag nya ..-masuk surga ko ngga ngajak-ngajak ya- kalo emang murni lembaga dakwah,yang mao ngajari kebenaran knapa mesti mengEksklusifkan diri- nda boleh baur ama org luar lah, nda blh kawin ama org luar lah. dll, mesti pake ND lah .(ribet kali). Coba mereka lebih bersosialisasi dengan masyarakat etc : sholat bareng, ngaji bareng," ada komunikasi dua arah singktnya/saling mengisi" pasti ga bakalan saling curiga..saya jadi bepandangan..mungkin apabila mereka tidak mengekslusifkan diri mereke ga laku kali... dan jemaahnya menjadi sedikit ...& ga laku dijual ama PARPOL deh,,..:p
tuh kan diajak juga ga mau.. ngapain musti ngajak-ngajak.. :)
Alhamdulillah,, nek wis kembali ke jalan yang benar, gelem mbaur... wis gelem ngajak lan otomatis ya gak risih nek diajak...
Posting Komentar